"Welcome to The Jungle"

“Welcome to the Jungle”. Yup, that’s what people said when I got my “S.I.Kom” title after the hardwork during 3,5 years of college.

Saya tau betul itu kalau setelah lulus akan ada tantangan yang lebih “real” lagi, yaitu dunia kerja. Dunia di mana manusia dituntut untuk mandiri, giat, nggak kenal lelah, nggak kenal kata mager dan mau bolos, dan segala perjuangan lainnya. I know how life goes like that for sure.

But first, I better appreciate all the efforts that have been made rather than anxious about the challenges and risks ahead. Kalau dihitung-hitung, untuk mencapai sarjana aja butuh 15,5 tahun sebenarnya. Karena untuk bisa kuliah aja, kita harus selesaikan wajib belajar 12 tahun (SD, SMP, SMA), kan? Menghadapi guru killer, tugas-tugas berat, ujian kelulusan, magang, berantem sama teman.. Saya rasa pengalaman kita di dunia pendidikan dan cara kita bersosialisasi sudah berupa training dalam menghadapi "the jungle". 

Bukankah setiap langkah yang kita capai sebelumnya juga patut diapresiasi? Menurut saya, jika hidup selalu berfokus pada apa tantangan ke depan, tanpa mengapresiasi setiap pencapaian menuju tantangan baru dan level baru dalam hidup kita, life would be meaningless. As you love to play games at every level-by-level, but once you got a reward, you don’t really care, because you only focus on completing the challenge. You forgot how much time you spend to play the game, how big the intention of seeking the tactics to finish the game, and how much effort to complete each mission there.

Jadi, saya akan mengapresiasi pencapaian saya yang berharga ini dalam suatu kisah yang singkat yang dituangkan dalam rangkaian kata dan kalimat penuh makna.

Saya sendiri mengenyam pendidikan di Universitas Esa Unggul, Fakultas Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Jurnalistik pada 2013. Nggak pernah terpikirkan dari kecil kalau saya akhirnya memilih jurusan ini untuk masa depan saya, tapi yang saya tau selalu ada passion tersembunyi ketika berbicara mengenai buku dan menulis.

Kemudian, dengan upaya dan doa (juga perjuangan Papa, Mama, dan Pak Rendy selaku panitia beasiswa saat itu. Thanks, pak!), saya mendapat beasiswa 40% di sana untuk kuliah selama delapan semester. Satu sisi senang, tapi satu sisi lain agak ketar-ketir karena kondisi ekonomi keluarga menurun. Tapi, nggak tau gimana cara Tuhan, setiap semester bisa aja terbayar lunas, bahkan sampe saya bisa lulus saat ini. I called it God’s favor.

Awal semester tujuh, saya nggak yakin bisa ambil skripsi dan lulus 3,5 tahun, karena masih ada tiga mata kuliah yang belum disapu bersih alias masih nyisah. Walaupun di semester sebelumnya mata kuliah Seminar dan Proposal Ilmiah sudah disidangkan dan lulus, tapi saya nggak begitu yakin dengan melanjutkannya di semester tujuh karena terlalu lelah (sebelum sidang proposal di semester enam, pada semester lima saya juga sidang Kuliah Kerja Praktik, soalnya). Tapi, melihat beberapa teman yang sejurusan dan seangkatan berani dan menyemangati, akhirnya saya nekat mengajukan Dekan untuk acc penambahan mata kuliah “Tugas Akhir” dalam semester ini.

Saat itu, orang tua sama sekali nggak maksa untuk ambil skripsi di semester tujuh. Mereka bilang ambil keputusan terbaik. Tapi, karena nggak mau lama-lama di kampus dan nyusahin orang tua, plus di semester delapan udah nggak ada mata kuliah sama sekali, jadi keputusan nekat inilah yang saya anggap terbaik.

Memilih Cosmogirl Indonesia, salah satu majalah remaja perempuan bonafit di Indonesia dalam penelitian juga adalah aksi nekat saya kedua. Lulus sidang proposal bukan berarti saya udah punya janji dengan redaksi bisa penelitian di sana. Nyatanya, saya nggak punya relasi atau orang dalam di sana, nggak punya teman  yang kenal dengan redaksi di sana, e-mail ke redaksi juga nggak dibales, tapi…. Entah kenapa saya selalu punya keyakinan di dalam diri saya. I have God. I have Jesus in my life. So, what are you scared of? Saya selalu panjatkan doa saya sama Tuhan supaya Dia buka jalan. Kalau Dia berkehendak saya bisa penelitian di majalah tersebut, then He will make a way. That's it.

Lalu saya coba e-mail salah satu wartawan di majalah tersebut untuk minta waktunya diwawancari. Tapi, hampir seminggu belum dibales. Curhat ke temen pun dia nyeletuk “Sye, kalau seandainya nih yah.. seandainya lohhh… seandainya dia sama sekali nggak bisa dihubungin gimana?”
DHUAAARRR! Kok baru kepikiran, yah? Padahal saat itu udah memasuki bulan ketiga di semester tujuh. Satu-satunya jawaban adalah: saya bakal ngulang proposal dan ganti judul skripsi. Pulang-pulang ke rumah langsung galau abis-abisan. Mau nangis, tapi nggak bisa.
Nggak lama setelah hari kegalauan itu, malamnya saya mezbah bersama keluarga. Papa menyampaikan firman Tuhan Filipi 4:6-7 :

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Saya udah tau ayat ini sedari dulu. Tapi, malam itu, ayat itu terdengar begitu menohok hati. Saya kembali diingatkan untuk tidak khawatir dan cemas akan apapun juga. Terlalu banyak khawatir hingga lupa "damai yang melampaui segala akal" itu datangnya dari siapa. Pada saat itu juga saya mulai panjatkan keinginan dan rasa syukur saya dalam doa supaya skripsi bisa lancar dan bisa dipertemukan dengan orang yang berkepentingan untuk penelitian saya di Cosmogirl.

Paginya, saya nggak berharap banyak-banyak, tapi coba saya nyalain internet dan buka e-mail…. Mata langsung berbinar-binar, senyum sumringah, ketika di inbox email dapet balesan dari wartawan Cosmogirl sekitar jam 00.00 malem kalau dia bersedia diwawancara. OH, GOD!! YOU ARE AWESOME!!! Saya tetiba meneteskan air mata dan berkali-kali mengucap syukur sama Tuhan dan minta maaf karena sempat ragu sama Dia.

Dan jadilah skripsi saya, sudah disidangkan, diapresiasi dosen… Jesus, You are amazing!!!
Bukan soal mendapatkan gelar selama 3,5 tahun intinya. Tapi, gimana penyertaan Tuhan sangat luar biasa selama saya kuliah. Saya banyak ditempa dan diasah, baik karakter dan kemampuan saya. Selama 3,5 tahun ini saya dipertemukan dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang dan sifat yang membuat saya belajar bagaimana menjadi manusia yang rendah hati, disiplin, kuat, mampu memahami dan memaafkan orang lain.


So, here’s the persons that have a lot of contributions for my mini thesis:
Makasih untuk keluarga (Papa, Mama, Kakak-adik dan keluarga besar papa mama) yang selalu supportive, baik dalam moril dan materil..

Makasih untuk Bapak Zinggara, selaku dosen pembimbing saya. Walau ucapannya kadang menohok, tapi berguna banget buat membentuk mental saya jadi baja. wkwkwk.

Makasih untuk Cosmogirl dan kak Arzia Nuari selaku wartawan Cosmogirl yang udah memberi saya kesempatan menjadikan skripsi saya lebih baik.

Makasih untuk temen-temen jurnalistik angkatan 2013 yang kompak, khususnya Jessica, Darlena, Mis, Rere, Aufi, Riko, Royan, Indri, Nuri, Jek, April yang juga memberikan semangat buat sidang. Kalian luar biasah! Terima kasih buat kenangan-kenangan selama ini. Nggak nyangka kalau selama semester-semester lalu sempet berpikir “I will never miss anything when I leave this campus!” actually totally wrong! I do really miss ya, guys! Kejenuhan di semester enam dan tujuh nggak begitu kerasa saat inget kalian ada di kelas, ketawa bareng, gossip bareng, makan di kantin bareng, berjuang bareng. Don’t forget me, ya! Maafin diri ini kalau ada salah. Love y’all to the moon and back!

 



Makasih untuk para sahabat : Senja yang selalu semangatin dan nanyain kapan sidang. Nadine yang selalu semangatin juga buat sidang skripsi. Dian, Indri, Topan yang juga selalu mendukung dan menyisihkan waktunya untuk jajan-jajan. You have to know how much I say thanks to God for having funny best friends in my life. Maybe we’re separate by distance, but thanks for your prayers J I really thank you, guys, for your faiths! It means  a lot. I will do the same for you. Sukses terus buat kerjaan dan pendidikan kalian!!!

Makasih juga buat teman-teman dan keluarga yang sudah memberikan selamat. I pray the best things in life – with God’s favor – happened to you all J God bless you abundantly!

Bekerja di media massa dan berperan dalam menyampaikan informasi penting kepada masyarakat adalah impian saya. Saya tau perjuangan masih panjang menjadi jurnalis yang berbobot, kredibel, dan cerdas. But, I have a dream to reach it. 

So, I'm ready to face the jungle!





Comments