Work Lyf Be Lyk (WLBL) - My First Job Experience



As you know, when talking about work life, there is a lot of issues to be discussed. Dari hal klise yang terjadi di lingkungan kerja (kayak galaknya si bos, hadepin kolega yang sirikkan) bahkan sampe hal yang lebih personal lagi tentang kita sebaga pekerja (resign, love relationship, dsb). Yeah, I'm excited to talk about that. 

But first of all, I wanna talk about my very first experience job at a leading education consultant in Indonesia, just simply call it SEG. I have been working in this company for three months as a content writer. But here, this profession is called as a creative writer and definitely, I LOVE to be called that way. It seems that the word "creative" is better for defining me who also contributes to creating unique contents for the company, rather than just a "content writer" that seems too "organized".


And the story begins...

Add caption

Anyway, saya bakal cerita sedikit tentang awal mula bisa kerja di agen pendidikan sebagai creative writer. Well, setelah lulus pada April 2017 lalu sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi (dengan konsentrasi Jurnalistik), saya langsung apply job kemana-mana. Pekerjaan yang saya apply sih enggak jauh-jauh dari writer, reporter, and kind of stuff. Emang sih awalnya kayak pengen banget banget kerja tetep jadi reporter, apalagi di majalah remaja cewek. Impian dari kelas 4 SD. 

Tapi, saya bukan tipe orang yang idealis banget sih. It's like: Sekalinya belajar jurnalistik, terus saya harus jadi wartawan atau jurnalis di media massa, TITIK?! No, I'm not like that. Asal pekerjaan masih relevan dengan latar belakang pendidikan yang saya pelajari dan skill yang saya punya, I think I can learn and grow up to be a professional everywhere. 

Saya sih punya cita-cita. Pokoknya apapun profesi yang saya jalani ke depannya dan ketika udah sedikit mapan, saya pengen.banget.buka.B I S N I S. Well, bisnis apa tepatnya, I'm not really sure for NOW. Tapi udah ada kepikiran apa yang mau dibisnisin, cuma konsepnya masih abstrak banget. Enggak jauh-jauh dari pengen bikin clothing line ataupun gerai makanan  ataupun inovasi produk makanan. Cuz I love fashion and food. Hehe. You can dream as highest as you can, can't you?


Sedikit nasihat...


OKE BACK TO LAPTOP. Singkat cerita, ada satu bulan apply sana-sini belum dapet panggilan. Stress? Iya. Jenuh di rumah? Banget. Capek? OF COURSE, capek banget bolak-balik buka laptop bikin CV, intropeksi dan improve CV, cek e-mail lewat gadget, cari tips interview, tips nego gaji, daaaaan tetek bengek lainnya seputar finding the right first job for the sake of your future career. 

Terbete adalah ketika ngeliat temen-temen udah pada kerja duluan. It was intimidating. Ya jujurin aja, siapa sih yang enggak pengen kerja cepet? But, in that time, actually I realized everything is about "timing". Also, I was so lucky to have a dad and a mom like mine who always told me to be patient. Mereka bilang dengan nada suara yang rendah dan penuh pengertian "Enggak apa-apa. Namanya juga baru lulus. Tterus berdoa ya, Nak?" *Okay a lil bit melow here..

Well, guys, kalau kalian udah berusaha semaksimal mungkin tapi belum dapet kerjaan setelah lulus, you need to take it easy, sometimes. Semua pasti indah pada waktunya. And, i don't really agree sih dengan statement "yang penting dapet kerja" or "daripada enggak dapet kerja", tapi malah pekerjaan yang diambil enggak cocok sama minat, terutama skill kalian sendiri. 

Kalau emang kalian punya riwayat akademi yang lumayan (ikut organisasi, nilai mumpuni) atau malah OUTSTANDING (berprestasi, nilai di atas rata-rata) dan belum dapet kerja, then it's about TIME. 

Time to wait for the right company or agent or any place you've already applied to call you and ask you to be a part of them. Tapi, kalau emang kalian milih kerjaan yang bukan "area" kalian, and you're fine with that, so it's your choice and I have no right to criticize. 

Daaan... akhirnya tiba di satu bulan berikutnya yang penuh dengan panggilan interview di mana-mana, yang pastinya bikin saya pusing sama ongkos yang masih minta ortu dan juga bingung mau ambil kerja yang mana. Ada dari majalah, media online luar negeri dan lokal, agensi iklan, dan lain-lainnya. Yess takut banget salah milih. 



But back to the time when all I wanted to do was pray... pray... and pray.. Also, asked God whats the best one for me. 

Out of my comfort zone...

And, yup. Setelah tes Psikologi, bahasa Inggris, wawancara user + HRD, sampailah di hari perusahaan saya tempat bekerja ini menelpon saya. Surely I had the feeling that God gave faith and confidence to take the job at SEG, even though I was a lil unsure before. 

Memilih kerja di sini, karena kantornya tergolong deket dibanding tempat kerja yang sempet di-interview (jadi bisa save ongkos), gajinya lumayan buat first job, dan tentunya bisa improve my english proficiency, both in spoken and written. 

Kenapa saya bilang keluar dari zona nyaman saat kerja di sini? Karena... ternyata oh ternyata, kerja di sini enggak hanya sekadar nulis-nulis aja, broh. Tapi, beberapa kali wawancara representative dari institusi luar negeri (baca: orang bule) which is saya rada-rada deg-degan juga sih. Soalnya kalo wawancara orang bule kan biasanya yang lewat-lewat aja di jalan, bukan yang bener-bener dalam kondisi resmi, diliatin manager pula. Para bule ini juga punya jabatan penting di institusinya dan sangat-sangat intelektual. Di sisi positifnya sih saya mikir "Akhirnya bahasa Inggris saya kepake juga...". 

Di sini, peran saya sebagai creative writer bener-bener merangkap luas karena suatu kejadian. Jadi, waktu itu diminta tolong bikin semacam greeting card buat client, eh lama-lama nulis iklan brosur (semacam copywriter), bikin kartu farewell buat yang resign, script buat video, anddddd it was so fun. 



Yang paling enak dari kerjaan ini adalah....... wawancara anak-anak muda Indonesia yang berprestasi. Yang dapet beasiswa di Cambridge lah, yang dapet medali sejubel untuk matematika lah, dan lainnya. I learned many things from them. Saya beruntung wawancara mereka karena saya merasa jadi kecil banget. Loh kok? Iya. Dalam artian, supaya saya merasa kalau saya belom ada apa-apanya dibanding mereka dan ini nge-push diri saya untuk enggak cepet puas, terus berkarya, percaya diri, dan enggak berhenti di sini-sini aja. Masih muda, masih banyak yang bisa dilakukan untuk masa depan. 

Kemudian, ilmu studi di luar negeri jadi tau banyak bangeeeet. Dari dulu kepengen kuliah di luar negeri, tapi masih buta banget how to start. Dan kerja di sini bikin saya jadi tau banyak banget soal study overseas. Dari destinasi negara, do's and don'ts-nya, universitas mana aja yang terkemuka, program-program apa aja (dari yang keren sampe yang unik banget), apply-nya gimana, tips-tips masuk univ. impian di luar negeri, sampe mata uang negara apa aja, dan banyak lainnya. 

Terus, saya juga seneng banget sih kerja di lingkungan yang kental dengan dunia marketing seperti tempat kerja saya sekarang ini. Saya jadi belajar dikit-dikit ilmu bisnis dan pemasaran itu gimana. I must admit I had no idea about marketing and business stuff before and I was like not really interest in those disciplines. And as the time goes by, I found myself again. Here. 

Percaya enggak percaya, dulu sebelum kuliah pernah bingung milih jurusan antara Jurnalistik atau Advertising. Mungkin S2 nanti bisa ambil jurusan yang berkaitan dengan periklanan, media, dan marketing kali yaaah... I wish. 

Enaknya lagi, i must say kalo lingkungan kerja di sini juga cukup nyaman, karena karyawannya saling suka bercanda, atasan saya yang enggak bossy, dan suka bagi-bagi makanan. Di sini juga banyak anak-anak muda, jadi kalau ngomongin satu hot issue yah pada enggak roaming. Yah, tapi tau kan isitlah nobody's perfectAnd it also happens in the work environment. Always be an adaptable and friendly person to everyone is a good key to start. *Psst.. you need an observation skill like mine. Haha. 

Oke, guys. Sekian dulu pengalaman kerja pertama ini. 
Wanna share your first job experience? I would be very happy if you also want to share the same thing in the comment below :)

Thanks for reading!
And I can't wait to bring you other interesting cliché issues about my work experience in the next post!



Comments

  1. My first job experience was bad hiks. Actually I made a wrong choice. But its okay, it teached me to be more wise :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh pasti emang ada enak dan enggaknya yah. But bad experience can turn to be thoughtful experience when it comes to a life-lesson. We'll never know if we never try. Fighting!

      Delete

Post a Comment