Dibuat untuk tugas penulisan kolom
Kita
mungkin sudah biasa mendengar semboyan “work
hard, play hard”. Menurut saya, work
hard adalah proses menghasilkan, dan play
hard adalah menikmati hasil dari kerja keras itu. Sekilas terdengar keren, bukan?
Dulu,
kalimat itu menjadi semboyan kebanggan saya. Sampai sebegitu sukanya, saya kerap
kali menulis “work hard, play hard” sebagai
status facebook, twitter, bahkan personal
message di Blackberry Messenger. Bagi saya, semboyan itu memberikan makna dengan
efek yang setimpal, seperti “saya bekerja keras, maka saya bisa
bersenang-senang.”
Dulu,
play hard menjadi tujuan saya mengapa
ingin bekerja keras. Tapi, ketika saya masuk ke semester lima ini, agaknya kata
“bermain” atau “bersenang-senang” tak lagi jadi tujuan utama saya. Kini, saya
benar-benar merasakan yang namanya bekerja keras yang belum pernah saya alami
sebelumnya. Mulai dari magang, susun laporan magang, bahkan bekerja sebagai freelance di suatu portal berita online. Begitu banyak tujuan yang ingin
dicapai. Semuanya menguras waktu, terutama tenaga yang tak hanya dari segi
fisik, tapi juga psikis.
In
this fifth semester, I exert all the powers in me to get the best results. Ya, kesenangan
menjadi fokus utama saya dalam bekerja keras agar bisa menikmatinya. Senada
dengan peribahasa “berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke tepian”, saya berusaha
keras agar bisa sampai pada momen bersenang-senang itu. Tapi, tujuan bersenang-senang itu lambat laun
jadi ambisi. Ambisi yang membuat saya bekerja keras berlebihan, tidak mau
kalah, menimbun banyak masalah di hati, bahkan sampai jatuh sakit berkali-kali.
Saya tak bisa menikmati tiap hari yang saya lewati. Tiap pagi, saya bangun
dengan rasa lelah, stres, takut, cemas yang berlebihan.
Persoalan
demi persoalan pun menghampiri. Mulai dari handphone
rusak, diremehkan atasan saat magang, kelabakkan mengejar deadline, bahkan sampai cekcok
dengan orang tua. Keadaan ini membuat saya terpuruk dan yang lebih parah, saya
kecewa dengan diri saya sendiri. Semua kerja keras ini membuat saya tidak
karuan. Rasanya, saya bahkan tidak tahu apa “seni” dari bekerja keras itu
sendiri.
Saya
merasa ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang salah. “Play hard” harusnya
bukanlah sebuah ambisi, karena itu hanya membuat saya memikirkan kesenangan
pribadi dan mengandalkan kekuatan sendiri. Saya lupa, saya hanya manusia yang punya
banyak keterbatasan dan kekurangan. Bekerja keras yang diiringi sebuah ambisi
bukanlah sesuatu yang baik, karena bekerja keras seperti itu berkomposisi arogansi
dan takut kegagalan. Ingatkah dengan kalimat “yang penting kita sudah bekerja
keras, sisanya serahkan sama Tuhan”? Kalimat ini yang membuat saya sadar kalau
saya kurang memikirkan bahwa kerja keras itu harus diiringi doa.
Doa,
suatu langkah awal memulai segala sesuatu. Doa adalah satu tindakan kalau kita
sadar kita membutuhkan Tuhan dalam hidup kita. Saya kembali intropeksi diri. Saya
sadar masalah yang saya hadapi saat ini merupakan sebuah konsekuensi. Ketika
saya bekerja keras melebihi kapasitas diri, Dia memberikan “alarm” buat saya
dari berbagai ujian yang datang. Apakah saya mengeluh dengan ini? Tidak. Saya
sangat bersyukur.
Kerja
keras dan konsekuensi itu membuat saya lebih dewasa lagi. Saya bersyukur karena
dari masalah yang saya hadapi, saya masih punya kesempatan lebih mendekat pada
Tuhan melalui doa. Bekerja keras dan berdoa sungguh-sungguh membuat saya lebih
menghargai hidup saya sendiri. Ya, dari pada “work hard, play hard”, lebih baik “work hard, pray hard”. Karena kalimat ini lebih indah dan punya
arti yang dalam. Semakin kita bekerja keras, semakin kita juga harus ingat dan
berserah dengan-Nya.
“Work hard, pray hard” memantapkan
prinsip saya dalam bekerja keras dan memaksimalkan pada proses yang saya
kerjakan. Kata-kata itu membuat saya menikmati seni dari kerja keras itu
sendiri. Saya tak menyalahkan semboyan “work
hard, play hard”. Hanya saja untuk saya pribadi, saya ingin berfokus
bekerja keras yang mengandalkan Tuhan. Soal hasil? Saya percaya apapun yang
dikerjakan dengan sungguh-sungguh, apalagi menyertakan doa, PASTI hasilnya
tidak mengecewakan. Do the best and let
God do the rest!
Comments
Post a Comment