Thoughts of Fated to Love You Drama


Saya mau sharing cukup banyak tentang drama Korea yang saya tonton belakangan ini, FATED TO LOVE YOU. I just finished watching it in this morning cz i was very curious to watch it till the ending.
It's really an incredible drama! Sejujurnya, saya tidak tau alasan kenapa harus posting mengenai ini, but I just wanted to post about this. So, happy reading to you! (by the way thanks for your time..)


Saya belajar dari karakter Kim Mi Young yang dapat memiliki sudut pandang yang positif terhadap apapun yang ia hadapi, bahkan situasi sulit sekalipun Mi Young dapat menerimanya dengan lapang dada. Karakter Mi Young dalam drama ini digambarkan seperti “post-it girl”, dengan kata lain wanita yang dapat disuruh sana-sini kapan pun teman-teman kerjanya mau karena Mi Young sendiri tidak bisa menolak perintah mereka karena “keramahan” Mi Young yang gak ada limitnya. Mi Young dianggap remeh oleh hampir semua rekan kerjanya dan bahkan kehadirannya sering tidak dihiraukan.

Walaupun Mi Young tidak tergolong pintar, tapi setidaknya ia tau cara memperlakukan orang dengan sangat baik dan ramah. Ia tau cara membuat seseorang nyaman di dekatnya. Mi Young selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu daripada dirinya sendiri. Bahkan ketika hatinya luka sekalipun ia selalu memperdulikan penderitaan orang lain daripada lukanya sendiri. Mi Young selalu dapat  mengucapkan “maaf” dan “terimakasih” dengan tulus. Setidaknya, Mi Young dapat berjuang mengatasi rasa sakitnya sendiri.

Mungkin karakter Mi Young dalam drama “Fated to Love You” terlihat gak realistis dan gak mungkin ada  orang se-innocent dan sebaik Mi Young. But then I think again about it, why don’t I try to be Mi Young in this real life?  Bukan berarti tidak menjadi diri sendiri, tapi hampir seluruh sikap dan karakter yang ada pada Mi Young toh layak dicontoh, kan? Pada kenyataannya, justru drama ini menunjukkan ketidaksempurnaan Mi Young sebagai wanita setidaknya mampu membuat banyak orang menyayanginya, merindukannya, dan bahkan memerlukannya. Survivor hidup seperti Mi Young menyadari saya bahwa wanita yang terkadang terlihat lemah, sebenarnya berjuang mengatasi rasa takut dan sakit yang ia hadapi.. berjuang mengobati luka sendiri ketika kita tau bahwa tidak ada yang bisa mengerti perasaan kita sedalam kita mengerti perasaan kita. Menjadi seorang wanita yang kuat, tegar, dan baik seperti mudah didengar, tapi tak mudah untuk dijalani. So, I think I have to be like that even when there’s no any happiness left in me. Be strong, be tough and be humble in the way I am. One point for this!

Terlepas dari karakter Mi Young, I really really like the taste of humor in this drama that always gives you lots of laugh in every single episode. Bahkan saat rasanya hidup itu gak adil, kita bisa menertawakannya sekali-kali. Kita bisa tertawa dengan kebodohan para karakter utama yang berjuang dalam hidup, berkorban, bertahan, dan pada waktu tertentu mereka belajar untuk merelakan, membuka lembaran baru dari lembaran lama yang penuh luka, ketidakpastian, dan harapan yang sepertinya pupus. This drama tells you about the thoughts of life. Gak nge-drama meskipun sebuah drama.
Kehidupan para tokoh secara tidak langsung mengatakan bahwa lembaran baru tidak sepenuhnya baru. Seperti saat kita membuka lembaran baru pada buku tulis baru, masih kosong dan belum ada coretan. Nyatanya, lembaran baru yang kita buka masih sama seperti kertas sebelumnya saat belum dicoret, digambar atau ditulis. Hanya pilihan kita bagaimana memperlakukan lembaran kertas kosong yang ada.  Apakah masih dengan coretan yang sama? Dengan kotoran tinta atau bisa jadi tip-ex dimana-mana? Kehidupan kita yang berjalan sekarang terkait dengan masa lalu. Ada “benang merah” yang mempertemukan kita pada masa lalu, entah disengaja atau tidak sengaja. Entah itu nasib atau takdir.

Kembali kepada pilihan, letak perbedaan lembaran baru itu dengan masa lalu adalah hanya bagaimana kita melihat masa lalu dari sudut pandang yang berbeda.. yang lebih matang.. yang lebih positif.. walaupun rasa sakit dan luka yang tertinggal masih belum pergi sepenuhnya. Pada lembaran baru, kita semua mencoba ingin dewasa. Kita semua belajar.
Lee Gun, sebagai suami Mi Young, bilang bahwa di dunia ini banyak hal yang tidak bisa diselesaikan. Mungkin kita bisa menginginkan apa saja, tapi kita tidak bisa menentang takdir dari Tuhan. Apa yang tidak bisa kita gapai pada masa lalu, mungkin Tuhan ingin memberikan hal lain yang lebih baik dari pada itu. Bentuk takdir atau nasib yang sedang kita jalani mengajari kita “how to survive” dalam hidup. Menariknya, dalam scene Lee Gun dan Mi Young sedang menulis “a blessing letter” buat anak Mi Young yang masih di kandungannya. Di situ, Lee Gun bukannya menulis surat yang kata-katanya manis, malah jadi realistis. Intinya anaknya yang akan lahir kelak harus tau bagaimana bertahan hidup daripada mendengar kata-kata manis tentang hidup. Unfortunately, their baby is gone…

“Fated to Love You” memaknai cinta dengan takdir hidup kita. How many of you who don’t believe in fate? Lets forget about our belief about it and just mean it if you want to still read the next paragraph.

Saya masih ingat kata guru saya waktu SMK. Beliau bilang  “We can’t change our destiny, but we can change our fate.” Both of them are in God’s hands not ours. Let’s make it simple. Letak perbedaannya adalah takdir terjadi ketika kita berupaya dan bekerja keras pada nasib kita. Momen sukses dan gagal adalah proses yang sudah Tuhan atur. Kita tidak bisa memaksa dan membuat takdir kita sendiri kalau Tuhan berkata lain, termasuk dalam urusan cinta.

Cinta, jodoh, dan harapan. Ketiga kata yang terpisah, tidak bisa jadi satu, namun saling terkait. Di saat kita mengharapkan jodoh, di situlah kita ingin merasakan cinta yang dirangkai sebegitu proposionalnya. Rangkaian mimpi kita sendiri. Bukankah saat kita berharap, merangkai mimpi, dan berusaha keras menggapainya, adalah cara kita ingin bahagia ?

Lee Gun, dalam drama ini diceritakan kalau ia memiliki satu penyakit yang efeknya bisa menyebabkan amnesia. Gun terlalu khawatir akan penyakit genetic dari keluarganya ini sehingga berupaya membuat Mi Young yang terlanjur jatuh cinta dengan Gun, pergi darinya. Penyakit Gun bahkan belum jelas kapan menyerangnya. Mereka terus ‘denial’ kalau sebenarnya mereka ditakdirkan untuk saling mencintai. Namun, bukan drama Korea namanya kalau endingnya gak bahagia. Penyakit Gun tidak muncul lagi setelah ia memilih bahagia. Ia memilih menikmati hidupnya bersama Mi Young. And… they even have cool twins !! TWO STRIKES!

Well, I think Pharrel Williams is right. Happiness is a truth. A truth if we sincerely want to live and accept the condition and want to fight with it. Mungkin kita terlalu banyak khawatir dan takut akan apa yang belum pasti terjadi. Padahal, kita hanya perlu menghadapinya, bukan lari dari kenyataan dan membuat kita menyesalinya kemudian. Membuat diri kita sendiri tidak bahagia.
Don’t waste your time worrying about the future and live everyday of your life happily.

Jika kita percaya, bersabar dan berusaha sebaik mungkin, nasib akan mempertemukan kita dengan hal baik pada waktu dan kuasa-Nya. Di saat kita menunggu waktu itu tiba, kita harus hadapi proses dimana kita belajar dari kesalahan yang lalu, belajar bersabar, berusaha, dan selalu berdoa untuk menggapai mimpi kita. Mimpi yang walau masih hanya ada di angan-angan, tapi mampu membuat kita berjuang untuk menggapainya. Mimpi yang mengarahkan kita untuk bahagia.

Terakhir, selalu ada pilihan untuk kita bisa bahagia…bahkan ketika kita berpikir tidak ada kebahagiaan yang tersisa. Bahagia itu adalah kenyataan yang bisa dipilih.

Takdir, nasib, cinta, kebahagiaan. Setiap orang memiliki persepsi, makna, dan caranya sendiri untuk menikmati keempatnya. Keempatnya kadang menyakitkan, kadang mengharukan. But there’s one thing about those elements… they’re real. They’re the truth.


*p.s : it was sad to know i'v already watched the whole episodes but i'm happy cuz i can freeze the memories by publishing this post.
These are some amazing scenes with amazing dialogs from the actor/actress.





Comments