Setiap insan manusia memiliki cita-cita dan keinginan untuk
sukses. Mereka yang memiliki kedua hal tersebut tentunya memiliki
harapan-harapan besar untuk meraih kesuksesan dan cita-cita yang gemilang.
Namun, dalam meraih kesuksesan tersebut tidaklah semudah kita memetik daun
hijau pada batang bunga atau memungut buah mangga yang jatuh dari ranting
pohonnya, melainkan seperti pepatah bilang “Raihlah Cita-citamu Setinggi
Bintang di Langit”.
Sekolah merupakan sarana kita untuk meraih cita-cita.
Sekolah merupakan wadah untuk membimbing generasi-generasi muda yang memiliki
harapan, cita-cita dan keinginan untuk sukses. Sekolah adalah tempat yang akan
mengantarkan siswa-siswi menuju masa depannya. Dari sekolah kita belajar, kita
memperoleh ilmu. Sekolah bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Maka dari itu,
aku berkeinginan kuat agar sekolah-sekolah di Indonesia ini memiliki mutu dan
kualitas yang terjamin bagi anak-anak Indonesia untuk meraih masa depan yang
gemilang.
Tentunya sebuah sekolah tidak terlepas dari
komponen-komponen penting di dalamnya.
Salah satu komponen itu adalah guru. Peran utama seorang guru
adalah sebagai pengajar (teacher), pendidik (educator), dan pelatih
(trainer) bagi anak
didiknya. Fungsi guru sebagai pengajar adalah mentransfer ilmu pengetahuan
kepada anak didiknya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Jadi, aku berharap guru
yang disediakan sekolah adalah guru-guru yang kompeten sesuai bidangnya dalam
mengajar suatu mata pelajaran agar murid-murid dapat memahami suatu mata
pelajaran dengan maksimal.
Kedua, fungsi guru sebagai pendidik adalah sebagai panutan perilaku yang
patut dicontoh dalam mendidik nilai-nilai moral dan keteladanan kepada anak
didiknya. Aku sangat menghargai kepada guru yang disiplin dan jujur. Disiplin
terhadap dirinya sendiri dan juga kepada anak muridnya. Jujur dalam arti adil
memberi nilai pada murid-muridnya, adil dalam menghukum murid-murid yang
melanggar aturan, dan tidak pandang bulu (diskriminasi) dalam mengajar. Seorang
guru juga memerlukan IQ
(intelligence quotient), EQ (emotional quotient), dan SQ
(spiritual Quotient) untuk
menerapkan tingkat intelejensi yang baik dan saling terkait.
Terakhir, fungsi guru sebagai pelatih adalah bukan hanya tahu teori saja,
namun melatih para murid agar mengerti dan dapat melakukan ilmu-ilmu yang
diterapkan sekaligus mampu menerapkannya.
Aku berharap setiap guru dapat memiliki fungsi-fungsi
tersebut untuk dapat diterapkan kepada anak didiknya.
Selain itu, aku juga berharap untuk kesejahteraan guru agar
lebih diperhatikan lagi, biar mutu dan kualitas guru dalam mengajar tidak
‘seadanya’ .
Kualitas seorang guru juga dilihat dengan cara bagaimana
seorang guru mampu mengoptimalkan pelajaran yang ia berikan di sekolah. Salah
satu caranya, dengan memberikan Pekerjaan
Rumah (PR) kepada anak
didiknya. Hal ini sering dilakukan oleh para guru dengan tujuan agar anak
didiknya dapat mengingat kembali apa yang sudah diajarkan di sekolah dan
bertanggung jawab untuk mengerjakannya. Namun, sering kali juga PR yang
diberikan tidak dipertanggungjawabkan kembali oleh guru. Pastilah kita kecewa
bila guru memberi PR lalu tidak pernah dibahas lagi dan terlupakan, kesannya
hanya untuk menghabiskan materi pelajarannya saja tanpa peduli dengan
pengertian siswa-siswinya terhadap materi itu sendiri. Aku miris melihatnya.
Karena aku sebagai pelajar menginginkan timbal-balik antara guru dengan murid
yang sesuai. Namun, aku juga berharap agar para peserta didik tidak
menyepelekan PR yang diberikan guru, semudah atau sesulit apapun itu, karena
dengan begini guru dan siswa dapat saling meningkatkan mutu dan
prestasi sekolah.
Selain guru yang mempunyai peran penting terhadap anak
didiknya, orang tua pun juga. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang
besar kepada anaknya ketika mereka berada di rumah. Tepatnya ketika
mereka sedang tidak bersekolah. Sering kali terjadi ‘miss communication’ antara guru dengan orang tua karena
kurangnya pendekatan , baik terhadap guru dengan orang tua ataupun sebaliknya.
Salah satu contoh akibat kurangnya pendekatan tersebut adalah “bolos”.
Banyak penyebab siswa melakukan aksi ‘bolos-membolos’ karena mungkin kurangnya
interaksi dari guru maupun orang tua untuk memotivasi si anak dalam
bersekolah. Siswa pun ketinggalan pelajaran di kelas, tidak naik kelas bahkan
ada yang sampai dikeluarkan dari sekolah. Akibatnya, hal ini pun menyangkut
nama baik serta mutu sekolah dalam menghasilkan siswa yang disiplin. Karena
itulah hubungan guru dan
orangtua harus saling
bersinergi. Contohnya guru dan orang tua dapat saling berkoneksi melalui buku
penghubung (untuk guru-orang tua). Ini sudah diterapkan di banyak sekolah
swasta di Indonesia, bertujuan untuk memantau sekaligus membimbing siswa saat
berada di sekolah dan di rumah.
Tak hanya hubungan guru dan orang tua, hubungan antar siswa pun harus saling bersinergi. Salah
satu contoh hubungan antar siswa yang tidak sehat adalah ‘bullying’. Kita pasti sering
mendengar istilah tersebut. Bullying sering kali terjadi di sekolah-sekolah
dan pelakunya adalah siswa-siswi itu sendiri. Bullying
dilakukan untuk menindas seorang atau sekelompok orang yang dianggap lawannya.
Sering kali tindakan ini menjatuhkan mental si korban ‘bullying’. Akibatnya korban
menjadi tidak nyaman saat di sekolah, beberapa orang pun ada yang pindah
sekolah bahkan sampai bunuh diri. Padahal seharusnya sekolah selain tempat
untuk belajar, juga tempat untuk kita dapat saling bersosialisasi dengan
teman-teman sekitar. Aku berharap agar sesama siswa dapat saling menyayangi,
saling membantu satu sama lain , tidak ada kekerasan, tidak ada kesenjangan
sosial, dan rasisme. Dan ada tindakan lanjut oleh guru kedisiplinan akan pelaku tindakan bullying ataupun kekerasan lainnya.
Sekolah pasti memiliki nilai plus bila kekerabatan antar warga sekolah (khususnya hubungan antar siswa) saling terjaga.
Sekolah pasti memiliki nilai plus bila kekerabatan antar warga sekolah (khususnya hubungan antar siswa) saling terjaga.
Selanjutnya, faktor pendukung sekolah yang baik adalah fasilitas sekolah tersebut. Sebuah sekolah harus
mempunyai fasilitas-fasilitas yang memadai untuk warga sekolahnya sehingga
dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif. Seperti :
- Ruangan Kelas yang layak (sejuk dan
nyaman)
- Laboratorium Komputer
- Laboratorium IPA
(Kimia,Biologi,Fisika),
- Laboratorium Bahasa,
- Lapangan Olahraga
- Kantin yang nyaman. Makanan yang dijual yang berkualitas dan memiliki gizi yang baik . Tentunya dengan harga yang sesuai dengan "kantong pelajar".
- Perpustakaan dengan buku-buku yang
bermutu. Bukan hanya buku “bacaan” saja, tetapi buku untuk menambah wawasan
murid mengenai segala aspek yang ada di dunia ini. Contoh : ensiklopedia.
- Sarana ibadah . Supaya murid-murid
juga dibekali pertumbuhan rohani, bukan hanya jasmani.
Selain fasilitas, tentunya semua warga sekolah menginginkan lingkungan sekolah yang kondusif. Pertama, aku sangat
mendambakan kawasan sekolah yang bebas narkoba dan rokok . Karena dengan
begini, sadar tidak sadar sekolah telah menciptakan generasi-generasi yang
sehat jasmaninya dan mampu mendisiplinkan dirinya untuk tidak merokok dan tidak
memakai narkoba. Kemudian, sekolah yang memiliki lingkungan yang aman. Jauh
dari asap pabrik, tempat pembuangan sampah, bunyi rel kereta, dan sebisa
mungkin jangan berada di pinggir jalan raya yang besar dimana mobil, motor,
bahkan truk berkendara yang berlalu-lalang terlalu padat. Ini menyebabkan rawan kecelakaan dan
nantinya menimbulkan korban jiwa yang tak lain adalah warga sekolah. Tentunya
tak ada yang mau mengalami ini,kan?
Warga sekolah pasti juga merasa aman dengan lingkungan sekolah yang asri dan nyaman. Contohnya, dengan adanya pepohonan hijau yang rindang di pekarangan sekolah, tanaman hias yang diletakkan di halaman utama sekolah, tempat sampah di setiap ruangan. Alangkah indah ,bukan, bila sekolah terasa nyaman dan terlihat asri? Sekolah
pun dapat membantu memperbaiki bumi ini dari peristiwa global warming.
Warga sekolah pasti juga merasa aman dengan lingkungan sekolah yang asri dan nyaman. Contohnya, dengan adanya pepohonan hijau yang rindang di pekarangan sekolah, tanaman hias yang diletakkan di halaman utama sekolah, tempat sampah di setiap ruangan. Alangkah indah ,bukan, bila sekolah terasa nyaman dan terlihat asri?
Aku percaya prestasi
dan kualitas belajar di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana
anak-anak giat belajar dan dapat memahami pelajaran di sekolah, namun juga
kondisi lingkungan sekolahnya yang mendukung.
Prestasi sekolah menunjang nama baik sekolah. Dengan
sekolah memiliki berbagai macam ekstrakulikuler yang bermutu (baik di bidang
akademik maupun non-akademik) sekolah dapat menghasilkan siswa yang berprestasi dan dapat mengembangkan bakat dan talenta setiap siswa agar mampu berekspresi lewat ekstrakulikuler yang diikuti. Dalam hal ini, sekolah dapat berpartisipasi terhadap ragam budaya di Indonesia dengan cara melestarikannya lewat ekstrakulikuler. Contohnya : ekstakulikuler tari tradisional, kesenian musik angklung.
Aku berharap agar kegiatan siswa seperti ini dapat ditunjang dan didanai lebih baik oleh pihak sekolah. Dengan begini, siswa pun dapat mengharumkan nama sekolah sekaligus bangsa Indonesia.
Aku berharap agar kegiatan siswa seperti ini dapat ditunjang dan didanai lebih baik oleh pihak sekolah. Dengan begini, siswa pun dapat mengharumkan nama sekolah sekaligus bangsa Indonesia.
Mengenai bentuk
ujian kelulusan sebaiknya
dipermudah bagi para siswanya ( SD,SMP,SMA/SMK/ dan sederajatnya). Saat ini, Ujian
Nasional merupakan syarat kelulusan yang harus dilewati oleh siswa untuk
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Namun menurutku (sebagai pelajar)
Ujian Nasional kurang bermanfaat bagi para siswa. Rasanya tidak adil bila siswa
belajar bertahun-tahun, namun kelulusannya hanya ditentukan dalam waktu
beberapa hari. Dari tahun ke tahun juga terlihat Ujian Nasional mendatangkan
berbagai masalah di berbagai pihak.
Aku berharap Ujian Nasional lebih baik ditiadakan.
Seharusnya ujian praktek di sekolah yang lebih difokuskan agar tidak kuat dalam teori
saja, namun kemampuan analisa, evaluasi, dan pengaplikasian (praktek) lebih
ditonjolkan.
Banyak harapan
saya untuk pendidikan di
Indonesia ini.
Pendidikan merupakan faktor yang memainkan peran penting
dalam kehidupan kita sekaligus pendukung dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang memiliki potensi untuk memajukan pembangunan bangsa Indonesia.
Pada kenyataannya, Indonesia masih memiliki kendala-kendala
yang besar yang menghalangi kemajuan Negara dalam hal pendidikan. Kendala
tersebut berkaitan erat dengan sekolah-sekolah di Indonesia. Contoh kendalanya
seperti : sarana dan prasarana yang kurang menunjang bagi sekolah bahkan
tenaga-tenaga pengajar nya (khususnya di sekolah pedalaman). Aku berharap agar
peran aktif pemerintah maupun swasta dapat mengalokasikan dana khusus untuk
melengkapi sarana dan prasarana sekolah-sekolah di Indonesia. Seperti yang kita
tahu sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memajukan negara
melalui pendidikan.
Kemudian, kendala yang lain adalah biaya pendidikan.
Aku percaya pendidikan layak diterima oleh semua kalangan.
Aku berharap ada apresiasi untuk itu. Salah
satu bentuk apresiasi adalah pemberian beasiswa. Beasiswa bukan hanya bagi
siswa yang pintar dan berprestasi, melainkan yang kurang berkecukupan tetapi
memiliki gairah dan berkeinginan kuat untuk bersekolah agar semua siswa-siswi
di sekolah dapat menikmati pendidikan dan fasilitas yang layak tanpa adanya
kesenjangan sosial. Karena sangat miris mengetahui kenyataan bahwa sejumlah anak usia 7
hingga 18 tahun yang tidak atau putus sekolah, 56,4% dari mereka putus sekolah
karena kendala financial (BPS tahun 2009) dan pada tahun 2010, 80% menyatakan
hal yang serupa. Perkiraan tiap
tahunnya pun sekitar 20 sampai 30 siswa yang putus sekolah di tengah jalan
karena faktor ekonomi. Ya... kendala finansial merupakan salah satu penyebab
anak-anak di Indonesia putus sekolah. Sungguh membanggakan bila suatu sekolah
juga peduli terhadap generasi-generasi tersebut dan mampu membantu dengan cara
memberikan beasiswa bagi yang membutuhkan. Hal ini pun membantu terbuka jalannya sumber daya manusia yang peduli akan pendidikan di
Indonesia untuk menuju yang lebih baik.
Terakhir, metode pendidikan di negara Indonesia harus
dikembangkan. Apalagi dalam skill &critical thinking . Metode ini harus lebih
diutamakan ketimbang teori dan catatan. Sehingga, pola pikir generasi-generasi
di Indonesia dapat berkembang dan mudah terjun dalam perkembangan-perkembangan canggih yang terjadi di Indonesia bahkan di mancanegara.
Memang masih banyak kendala yang dimiliki Indonesia dalam
hal pendidikan. Namun, aku percaya masih ada secercah harapan untuk pendidikan
di Indonesia supaya lebih maju lagi dari sebelumnya. Aku berharap agar segera
dibenahi segala hal-hal buruk yang menyangkut dengan pendidikan oleh setiap pihak yang bersangkutan.
Termasuk kita sendiri.
Aku mau memajukan pendidikan Indonesia dengan memulainya
dari diri sendiri. Aku mewakili generasi muda Indonesia untuk terus belajar
keras dan berjanji untuk mencapai ilmu setinggi mungkin demi mencerdaskan
kehidupan bangsa di dalam pendidikan.
Maju terus pendidikan Indonesia!
Maju terus SEKOLAH-SEKOLAH di Indonesia!
Sangat setuju dengan tulisan kakak. Semoga para pendidik di Indonesia menyadari hal-hal ini. :)
ReplyDeleteterima kasih :) lewat tulisan ini saya lebih mengutamakan isi hati saya.
ReplyDeletesemoga kita semua punya gairah yang sama untuk memajukan pendidikan Indonesia :)