Hari
ini seluruh murid kelas 6 SD Cemara berkumpul di ruangan Serba Guna sekolah. Semua
anak terlihat cemas. Ada yang sedang berbisik-bisik dengan temannya, ada yang saling
bergandengan tangan, bahkan sampai ada yang sedang komat-kamit berdoa.
Oh.. Ini pasti karena mereka sedang menunggu
pengumuman kelulusan dari Ibu Retno.
“ehm..
baiklah anak-anak. Ibu akan membacakan hasil pengumuman kelulusan untuk kalian.
Harap tenang!” Tegas Bu Retno sambil memegang selembar kertas putih.
Seisi
ruangan pun mendadak sunyi , tak seorang pun berani berbicara bahkan berbisik. Seluruh
murid kelas 6 semakin terlihat tegang. Masing-masing mengharapkan hal yang
sama, yaitu lulus.
Semua
mata tertuju pada Bu Retno yang sudah siap angkat suara.
“Selamat kepada siswa-siswi kelas 6 SD cemara
dinyatakan lulus 100%!!!” Seru Bu Retno ikut gembira.
“HOREEEEEE!!!!!”
Sorak-sorai
murid-murid kelas 6 memecahkan kesunyian tadi. Senyum pun mengembang dari para
murid. Termasuk Vika . Vika bersyukur sekali bisa lulus. Ia tak sabar untuk
pulang dan menceritakan ini kepada ayah dan ibu.
Saat
mau pulang, Vika tak sengaja mendengar pembicaraan seru teman-temannya di depan
gerbang sekolah.
“yeee..
LULUS! Berarti aku jadi liburan ke rumah nenek di Jogja bersama keluarga. Bagaimana dengan kamu?”
Tanya Ica di sela-sela kegembiraannya.
“Kalau
aku sudah merencanakan dari jauh-jauh hari. Kata ayahku , setelah aku lulus,
kami sekeluarga akan jalan-jalan ke Puncak. Asyik!” Jawab Dita ikut gembira.
“Aku
juga akan pergi berlibur ke pantai Ancol bersama keluargaku. Horeeee!!!” seru
Rasti tak mau kalah.
Pembicaraan
seru tadi membuat Vika merenung. Wajah gembiranya seketika berubah jadi murung.
‘Seandainya Ayah dan Ibu
bisa menemani Vika liburan. Tapi apa mungkin ? Mereka kan sibuk bekerja.’ Batin
Vika, berharap.
Vika
adalah anak tunggal. Ayah Vika bekerja sebagai pemilik toko roti, dan Ibu Vika yang membantu mengelolanya. Setiap
hari Ayah dan Ibu selalu sibuk melayani semua pelanggannya.
Vika
pun mengerti akan hal itu. Namun, Vika ingin sekali rasanya menikmati liburan
bersama kedua orang tuanya.
Huh.
Vika jadi cepat-cepat ingin pulang agar dapat segera memberitahu Ayah dan Ibu akan
kelulusannya dan tentunya… mengenai liburan yang ia mau.
Vika
melangkahkan kakinya dengan cepat. Untung jarak sekolah dengan rumah Vika
tergolong dekat.
Sesampainya
di gang dekat rumah, Vika berpapasan dengan Nila, tetangga Vika. Nila terlihat sedang
membawa kardus.
“Nila?”
Sapa Vika.
“Hai
Vika. Baru pulang yah? Bagaimana pengumuman kelulusanmu?” balas Nila.
“Aku
lulus, Nil. Kamu bagaimana?”
“Wah
selamat yah.. Aku juga lulus.”
Vika
pun memberi ucapan selamat juga kepada Nila. Sesekali tatapan mata Vika tertuju
kepada kardus yang dipegang Nila.
“Oh
ya.. Itu kardus yang kamu pegang untuk apa?”
“Oh..Ini..
Aku mau menyumbang buku-buku pelajaran dan baju-baju yang masih layak tapi
tidak terpakai lagi ke Rumah Komunitas Kasih. Sekalian, aku mau berpartisipasi
dalam berbagi ilmu untuk mereka. Aku akan mengajar mereka selama 3 minggu.”
3 minggu? Berarti Nila
menghabiskan liburannya hanya untuk mengajar di Rumah Komunitas Kasih?
Tanya Vika dalam hati.
Rumah
Komunitas Kasih adalah komunitas yang beranggotakan anak-anak usia 7-9 tahun
yang putus sekolah karena kurang mampu.
“Apa
kamu tidak bosan menghabiskan liburanmu di sana? Hanya untuk… mengajar?”
“Hahaha.
Tentu tidak. Justru itu, liburan lebih
baik melakukan hal-hal yang bermanfaat. Aku malah sangat bersemangat
melakukannya. Apalagi, tujuannya kan berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan.
Indah, bukan? Haha. Ya sudah yah.. aku sudah ditunggu panitianya. Sampai ketemu
lagi, Vika. Semoga liburanmu menyenangkan.” Jelas Nila tetap semangat.
Nila
pun berlalu meninggalkan Vika yang berdiri mematung.
“liburan
itu lebih baik melakukan hal-hal yang bermanfaat”
Kata-kata
Nila barusan terngiang-ngiang di benak Vika.
Benar juga ya? Kenapa tidak
terpikirkan oleh ku? Berbagi dengan sesama yang membutuhkan itu adalah hal yang
mulia. Apalagi melakukannya di sela-sela liburan seperti ini.
Vika
punya ide! Ia segera membalikkan badannya. Berharap Nila tidak jauh dari
pandangannya. Dan ..untungnya tidak. Nila masih 10 meter di depan Vika.
“NILA!!!!”
teriak Vika lantang sambil berlari menghampiri Nila.
Nila
menghentikan langkah kakinya dan berbalik menoleh Vika.
Alisnya
mengernyit heran. “Iya ada apa, Vik?”
Gelagat
Vika berubah malu-malu.
“Hem…
Gini lho. Liburan nanti aku juga mau
menyumbang seperti kamu. Dan… a-ak-ku mau berbagi ilmu juga dengan teman-teman
di Rumah Komunitas Kasih. Boleh yah? Please..??”
Nila
malah tertawa gembira. Ia mengangguk berkali-kali tanda setuju.
Vika
pun tersenyum puas. Ia jadi semakin tidak sabar memberitahu ayah dan ibunya.
Pasti mereka juga ikut senang.
Dan
pastinya… liburan Vika kali ini akan menjadi liburan yang paliiiiiiing
berharga.
Comments
Post a Comment